Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kekuatan Referensi Dan Informasi Dalam islam

 

Temen-temen sekalian yang selalu dirahmati Allah. Coba bayangkan kalau seandainya temen-temen itu jadi seorang cheff, jadi seorang tukang masak dan teman-teman punya dapur. Maka ada satu kenyataan ketika kita di dunia masak-memasak adalah apapun yang kita bisa masak itu tergantung bahan-bahan yang tersedia di dapur. Sehebat apapun seseorang cheffnya, Sehebat apapun seorang Tukang masak. Tapi kalau seandainya dia tidak punya bahan. Maka dia tidak akan bisa menghasilkan apapun yang dia inginkan.

Tapi sebenarnya, Apakah kita lagi berbicara tentang makanan? Enggak, kita lagi berbicara tentang manusia. Manusia tuh cara pikirnya hampir-hampir sama, bedanya adalah bahwa Hampir kita bisa katakan bahwa sebagian besar Manusia itu tergantung dari pada bahan-bahan yang dia punya, balik lagi misalnya kita bicara soal tukang masak (soal cheff) kalau dia punya di dapurnya, mempunyai Nasi, mentega, cabe Lalu ada bawang putih. Apa yang bisa dia masak kira-kira? yah... dia bisa masak nasi goreng.

Tapi, yang jelas dia nggak akan bisa masak mie ayam. Kenapa? karena bahan-bahannya enggak ada. Maka, apa yang bisa dimasak di dapur itu tergantung bahan-bahan yang dia punya. Otak kita juga demikian. Kepala kita juga sama yang ibarat dapur dan hanya bisa untuk mengeluarkan sesuatu kalau seandainya dia punya bahannya. Kalau dia nggak punya bahannya, saya yakin dia nggak akan bisa mengeluarkan sesuatu itu.

Kekuatan Referensi Dan informasi


 Ini juga terkait apakah itu adalah sesuatu yang baik atau itu adalah sesuatu yang buruk, misal ada satu kisah yang sangat terkenal ketika Hasan bin Ali ini pernah dicaci maki oleh seseorang. Jadi ketika dia pergi keluar rumah bersama dengan anaknya, Hasan bin Ali ini Cucunya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ini mendapati ada orang yang caci-maki dia dengan segala macam cacian, dengan kata-kata kotor, dengan kata-kata kasar yang tidak pantas dan ini ditujukan pada Hasan bin Ali cucu Rasulullah dan ini terjadi ketika masa-masa fitnah, dimana pada saat itu banyak sekali hal-hal yang salah paham.

Sehingga menyebabkan orang ini mencaci Hasan Bin Ali didepan umum. bersama dengan anaknya. Cacian itu kemudian terjadi Didengerin oleh al-hasan bin Ali lalu kemudian terus-menerus terjadi Sampai kemudian orang ini sudah puas untuk mencaci Hasan bin Ali kemudian dia pergi. Setelah dia pergi itulah, Lalu anaknya dateng dia lalu bertanya pada bapaknya "Wahai bapakku, ini kira-kira kenapa?" dengan segala hormat Saya pengen tanya.. "Kenapa kamu enggak bales orang ini?" yang menarik adalah jawabannya Al-Hasan bin Ali Beliau menjawab "Saya nggak tahu gimana cara balesnya, karena saya nggak bisa menemukan kata-kata yang bisa bales kata-kata dia".

Artinya kita bisa ambil satu pelajaran di sini, kalau seandainya Hasan bin Ali itu mungkin punya perbendaharaan kata-kata kasar. Mungkin dia akan keluarkan, Tapi kenapa dia tidak mengeluarkan kata-kata kasar? Karena dia tidak punya perbendaharaannya. Jadi, seolah-olah ingin disampaikan kita itu cuma bisa mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam diri kita. Kalau bahasa zaman sekarangnya ya...

Teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam isinya, Kalau isinya air putih dia akan keluarkan air putih, Kalau isinya adalah kopi, dia akan keluarkan kopi.

Maka apapun yang kita keluarkan, apapun yang kita hasilkan dan apapun yang kita produksi dalam diri kita. Sejatinya sebenarnya adalah hasil dari pada apapun yang sudah kita masukkan ke dalam diri kita. Bahasa zaman sekarang nya adalah 'Informasi, Referensi' Maka ini penting banget kalau teman-teman  Mau untuk mengubah diri, meningkatkan diri, mau untuk Hijrah. Bagaimana cara kita untuk hijrah berubah menjadi sesuatu yang lebih baik dan ini tidak terkait dengan cuma masalah hijrah dalam bidang agama. Namun dalam segala hal, baik itu urusan kerja, dunia bisnis, hubungan orang tua, rumah tangga ya apapun lah itu...

 Bagaimana cara merubah pola pikir kita

Bagaimana caranya kita bisa berubah? Kita bisa berubah kalau seandainya kita mau dengan sadar untuk mengganti apapun yang masuk dan disini letak tantangannya. Temen-temen sekalian, balik lagi kita tergantung dengan apa yang kita masukkan ke dalam diri kita. Kalau gitu Saya pengen bahas lagi tentang manusia dan Bagaimana cara berpikir manusia. jadi gini, Manusia itu bisa menentukan sesuatu berdasarkan dengan apapun yang dia tahu, Apapun yang menjadi referensi dia.

 Ada satu studi yang mengatakan, ini studinya cukup menarik dan mungkin terjadi di.. kehidupan teman-teman sekalian. Pernah nggak kalau teman-teman sekalian ada di satu tempat misalnya, Lalu ada lima orang di satu restoran, lalu lima orang ini mesen makanan dan orang ini semua 5-5 melihat menu. hmm, tapi ketika ditanya sama waitersnya misalnya "Mau pesen apa Mas atau mau pesen apa Mbak?" Maka orang pertama yang sudah sering disitu biasanya akan langsung pesan "saya akan ini, ini, ini". 

Contoh misalnya "Saya tolong paha ayam dan Ayamnya tolong pahanya sebelah kanan" atau "tolong nanti gulanya didikitin" atau "kecapnya gak usah dipakai dan segala macam" karena dia sudah hafal banget dengan restoran itu, Maka kalau satu sudah mesen biasanya yang lain ikut-ikutan atau 1/2 sudah mesan biasanya yang lain ikut-ikutan Ada yang bilang "saya ikut dia aja deh" Kenapa? Karena manusia itu akan memutuskan sesuatu tergantung referensinya yang akan menghasilkan sesuatu. Tergantung apa yang di dalam kepalanya, kalau yang di dalam kepalanya masuknya A terus, maka kemungkinan besar dia akan milih A.

Begitu juga sebaliknya, kalau yang masuk ke kepalanya B terus kemungkinan besar dia akan milih B, Maka kita sekarang jadi tahu Kenapa ada orang baik dan kenapa ada orang nggak baik. Bagaimana caranya orang bisa berubah baik dan bagaimana caranya orang berubah enggak baik. Kalau dia mau berubah baik, Mudah. Dia tinggal ganti referensi-referensi nya. Kalau dia mau berubah buruk, Mudah juga. Dia akan mengganti juga referensi-referensi nya. Karena tidak mungkin seseorang akan tiba-tiba jadi baik dan tiba-tiba jadi buruk karena pasti ada referensi yang ngedrive dia untuk jadi kayak begitu. 

Baca juga: 12 pertanyaan seputar adab dan akhlak

Pola Pikir Yang Buruk Kini

Kalau zaman sekarang, kita sebut gini deh namanya 'Toxic Society' itu pernah dibahas sama teman-teman 'Sister of Yours' tentang 'Toxic Society' bahwa yang namanya 'Toxic Society 'itu tidak hanya meracuni dirinya sendiri, tapi juga meracuni orang lain. Kenapa? karena dia mempengaruhi referensi-referensi yang kita punya. Contoh, Ada sebuah penelitian di dalam dunia marketing, kalau saya enggak salah itu seseorang baru akan memutuskan untuk menjadikan satu produk menjadi pertimbangan yang pengen dia beli Setelah dia mendengar minimal 19 kali tentang produk itu. 

Contoh, Ada orang pengen untuk membuat seseorang membeli produk es krimnya padahal disitu orang-orang gak kepikiran untuk makan es krim. Karena enggak biasalah kalau ada orang makan es krim untuk makan siang. Tapi, dia pengen untuk membuat agar produk es krimnya ini dijadikan sebagai sebuah pilihan untuk makan siang dijadikan referensi untuk makan siang, gimana caranya? Dia akan mengiklankan produknya itu. Iklan itu kan adalah cara untuk memasukkan satu informasi kedalam kepala orang. Ibaratnya masukin satu bahan kepada dapur yang tadi kita bahas diawal tentang perumpamaan dapur.

Nah maka.. Seseorang itu harus minimal melihat 19x baru dia kepikiran tentang es krim. Contoh pagi-pagi dia buka TV, ada iklan es krim, buka media sosial ternyata ada influencernya lagi ngiklanin es krim, kemudian dia buka radio di mobilnya ketika jalan ke kantor, dia dengar kata es krim Pembicaraan-pembicaraan orang-orang di kantor tentang es krim Apalah misalnya? Lalu ketika dia nelpon anaknya, anaknya nanya "boleh enggak malam ini makan es krim?", Lalu kemudian dia nelpon istrinya, ternyata istrinya lagi beli es krim dan seterusnya. 

Maka, dia mungkin akan kepikir pada siang itu untuk beli es krim. Sebagaimana mau buka puasa apa, kita di sore ini juga tergantung referensi-referensi kita. Nggak mungkin orang Indonesia yang enggak pernah makan... misalnya contoh, saya sebut aja untuk bisa kepikiran buka puasa dengan pastel, maka dia tidak akan hadir di dapur pemikiran anda dan anda enggak bisa masak dari bahan-bahan itu Karena untuk bisa masak Satu masakan tertentu kita harus punya bahan-bahan tertentu. Sebaliknya, bahan-bahan tertentu hanya bisa membuat jenis masakan tertentu.

 Jadi, kalau kita dengan sengaja membuat diri kita terus-menerus berada di dalam Toxic Society itu. Maka kita pasti akan teracuni dan gak akan ada yang muncul daripada kita kecuali hal-hal yang toxic juga. Ini kenyataannya, Nah maka disitu letak Islam mendrive manusia secara sadar untuk memilih. Reverensi Artikel dibuat supaya kita juga bisa memahami bahwa Islam tuh juga membuat diri kita to develop setiap hari, improve setiap hari, level up setiap hari. Karena Islam itu sebenernya adalah solusi terhadap kehidupan.

Nah, maka balik lagi ketika kita berbicara tentang kehidupan manusia, disitu letak Islam. Islam tuh dengan sadar membuat kita mengarahkan pilihan-pilihan kita, Sehingga yang kita masukkan ke dalam diri kita itu kita sadari kita ketahui dan pada akhirnya dia akan membuat kita berubah dengan cara yang lebih baik. Singkatnya teman-teman sekalian pengen berubah misalnya, Teman-teman ingin hijrah Taruhlah teman-teman ingin.. sesuatu kehidupan yang lebih daripada yang sekarang dan sudah bosan gini-gini aja. kalau temen-temen gak mau gini-gini aja, berarti harus ada yang berubah dong. 

Karena sudah saya sampaikan seringkali bahwa 1+1 ya selama-lamanya akan 2 dan kalau anda pengen yang 2 ini berubah, berarti yang disisi sebelah kanan atau kiri juga harus berubah. Karena yang namanya (=) itu adalah penanda sebelah kiri dan sebelah kanan 1+ 1 = 2. Berarti ada sama dengan yang memisahkan mereka. Jika anda mau di sebelah kanan sama dengan itu berubah berarti anda harus merubah sebelah kiri di sama dengan juga. Anda pengen 3, tapi anda tetap disini 1+1 ya gak bisa selama-lamanya gak akan pernah bisa.

Hidup ini semudah ekuasi semudah formula hitung-hitungan. Jika anda pengen di sini lima, Berarti disini harus ditambah 1+1+3 misalnya atau 6-1, 3x2, atau semacamnya. Nah Islam tuh mengarahkan kayak begitu, kita harus secara sadar mengubah kalau kita pengen jadi lebih baik berarti ada yang berubah dari diri kita. Hidup kita yang sekarang itu dihasilkan oleh ekuasi (penyamaan) di masa-masa lalu. Jadi hidup kita yang sekarang sama dengan pilihan-pilihan yang sudah kita buat di masa yang lalu, referensi-referensi yang kita sudah masukkan di masa yang lalu, informasi-informasi yang sudah masuk ke dalam kepala kita.

Baca juga: Motivasi Hijrah Cinta Bagi Seorang Muslimah

Mencari Informasi Yang Baik

Nah, kalau seandainya kita mau mengubah yang di sebelah sama dengan yang itu. Kehidupan kita besok mau berubah berarti harus ada yang berubah diantara informasi-informasi yang kita ambil, perlakuan-perlakuan yang kita buat, antara apapun yang kita pilih. Sebenarnya begitu Karena hari ini kita berbicara tentang informasi dan bagaimana efeknya pada pilihan-pilihan hidup. Pemahaman yang dihasilkan dari informasi dan Bagaimana Perbuatan itu dihasilkan dari pada satu pemahaman kita, simpelnya begini... Cek apa yang Anda follow atau siapa yang anda follow, itu harus dicek. Kalau seandainya yang kita follow itu dan kita lihat tidak ada relevansinya dengan 'goals' yang mau kita ambil, maka jangan difollow.

 Kita semua punya goals (tujuan) dong Saya misalnya, Goals saya apa? ya kalau goals saya adalah ridho Allah, jelas. Tapi goalsnya diantara... yang harus saya capai sehingga Allah Ridha dengan saya adalah.. Lebih memahami agama, lebih taat kepada Allah, lebih baik setiap harinya, itu yang Saya ingin. Maka, Saya pastikan bahwa ketika saya pengen lebih dan pengen taat, maka saya punya orang-orang yang saya pikir ini kayaknya adalah Goals Saya. Kira-kira pengen jadi kayak dia, Kalau misalnya jadi kayak Rasulullah Muhammad terlalu jauh ya seperti Muhammad Al-Fatih Kalau Muhammad Al-Fatih juga masih terlalu jauh ya...

Maka seperti ulama-ulama pada zaman dulu, ulama-ulama Salaf, Kalau ulama-ulama Salaf masih terlalu jauh ya sudahlah orang-orang sekarang aja siapa yang kira-kira kita lihat baik, kita lihat benar, kita lihat bagus secara syar'i dan kemudian kita pengen jadi kayak dia. Nah maka kalau kita pengen jadi kayak orang-orang kayak gitu yang baik, Maka pastikan bahwa kita enggak memfollow orang-orang yang justru berkebalikan.

 Contoh misalnya, Kadang-kadang saya lucu melihat orang-orang yang pengen berubah jadi baik pengen berubah jadi lebih bagus dalam hidupnya, pengen hijrah. Tapi dia masih follow orang nggak ada sama sekali urusannya. Misal, Dia follow orang-orang yang masih mengumbar gaya hidup yang gak pas atau dia masih memfollow orang-orang yang berkata-kata kasar, buruk, mencaci-maki, mengeluarkan kata-kata kotor dan seterusnya atau orang-orang yang bahkan tidak ada urusannya dengan Islam yang lebih parah malah justru merusak Islam atau malah memusuhi agama yang bahkan menjadikan agama sebagai olok-olokkan.

Ini sangat berbahaya, Kenapa? karena kita akan terpengaruh oleh informasi-informasi yang dia akan sampaikan. Maka ketika kita buka feed yang muncul adalah orang-orang yang seharusnya memang kita ada hubungannya dengan 'goals' yang ingin kita capai. Tapi, kalo seandainya gak ada hubungannya malah menjadi toxic, itu malah menjadi minus. Anggaplah begini deh, Setiap hari kan kita makan kalau setiap hari kita makan kalau kita makan-makanan yang baik itu untuk pertumbuhan diri kita, kita tahu setiap yang kita makan ada vitamin, karbohidrat, protein, lemak, mineral, serat dan gizi-gizi yang lain.

 Tapi kalau seandainya teman-teman makan semuanya itu lalu tetap membarengi dengan barang-barang yang toxic. Teman-teman makan Sianida misalnya, Kopi Sianida :) ya gak usah sianidalah terlalu ekstrim. Bakteri yang buruk Bakteri Ecoli misalnya, Lalu kemudian Anda juga makan barang-barang yang berjamur dan segala macam itu akan merusak hal-hal yang baik yang anda dapat, Karena itu Toxic dan merusak. Bagaimana kalau seandainya yang kita follow orang-orang yang kita follow tuh karena kita deket sama dia, punya maksud kepada dia Karena dia adalah misal contoh orang-orang yang pengen orang yang pengen kita deketi atau kita punya maksud, sehingga kita nggak enak mau unfollow.

 Itulah memang sebuah tantangan di dalam kehidupan zaman sekarang, kita harus sebenarnya tega untuk mengatakan bahwa ya.. Saya hanya memfollow orang-orang yang bernutrisi di dalam kehidupan saya yang akan mensupply bahan-bahan yang bagus di dalam dapur saya. Itu adalah tantangannya. Pertanyaannya, kita mau berubah atau tidak ?? Tapi kalau benar-bener gak bisa dan tetap harus kita follow ya berarti kita punya pilihan yang lain. Ada fasilitas mute misalnya ketika sudah kita follow atau ada fasilitas untuk tidak mengikuti postingan-postingannya atau secara natural, secara alami juga di Instagram akan mensortir postingan-postingan yang kita lihat adalah postingan-postingan yang kita sering buka dan otomatis yang kita enggak sering buka kita enggak sering buka akan enggak kita lihat.

Itu adalah sesuatu yang alamiah sebenarnya, Tapi yang pengen saya sampaikan adalah Sebisa mungkin atau Ketika anda semakin keren semakin maksimal untuk mengontrol Apapun yang masuk di dalam dapur pemikiran Anda. Maka apapun yang keluar itu nanti akan membuat anda terkaget-kaget, Karena kadang-kadang kita itu belum bisa melakukan sesuatu Karena kita belum cukup informasi atau belum cukup referensi di bidang itu. Contoh ada orang pengen jadi penulis, Ketika ada orang pengen jadi penulis nanya kepada saya, "Saya pengen jadi penulis Ustadz" "Bagaimana caranya?" Saya bilang "Hal yang pertama yang Anda lakukan," "kalau anda pengen jadi penulis adalah Bukan menulis terlebih dahulu, tapi memperbanyak referensi-referensi anda itu pengen jadi kaya apa

 Jadi contoh, anda pengen jadi penulis nih, tentunya Mulai dari sekarang, follow lah penulis-penulis yang hebat, Penulis-penulis ang bagus menurut Anda. Sekali lagi ya, jangan penulis-penulis yang tidak ada urusannya atau bahkan anda follow yang bukan penulis, anda mau jadi apa sebenarnya? kan gitu. Jadi kalau anda pengen jadi seorang penulis, Ya udah follow lah penulis-penulis hebat. Bagaimana cara mereka untuk berpikir,  menampilkan postingannya, Bagaimana Lifestyle mereka, Itu dulu yang menjadi informasi-informasi anda. 

 Kesalahan Dalam Memilih Informasi

Ketika nanti itu sudah menjadi informasi, tanpa anda sadari akan ada informasi-informasi itu, akan nge-'shape' cara anda berpikir dan informasi-informasi itu akan nge-'shape' cara anda punya kecenderungan, cara anda punya perasaan. Sama itu terjadi kalau anda follow orang-orang yang toxic dan kadang-kadang kebanyakan orang gak ngerti bahwa diatur follow orang-orang yang toxic. Gitu maksudnya, Jadi dia follow karena orang ini keren Tapi nggak sadar bahwa gaya hidup orang ini sangat toxic dan secara gak sadar tiap hari dia dapat kayak begitu Maka dia berpikiran Toxic juga Dia berfikiran sesuatu yang salah Dia berpikir sesuatu yang malas-malasan Dia tidak serius dalam kehidupannya.

 Bahkan cenderung menyalahkan seseorang yang baik dan Pro pada sesuatu yang buruk, Kenapa? karena dia terus menerus memasukkan informasi itu. Maka, orang ganti baju itu sadar dan orang ganti pemikiran gak sadar, yang orang sadar adalah memasukkan informasi itu. Setelah informasi itu masuk, dia secara tidak sadar akan take over pemikiran anda, itu gunanya secara sadar menguasai informasi. Maka bisa enggak orang kaya Saya berubah jadi liberal ? Bisa! Kalau saya secara sadar memasukkan informasi-informasi liberal dalam kepala saya.

 Bisa nggak saya jadi orang yang tidak bersyukur? Bisa! Kalau saya secara sadar memasukkan informasi-informasi orang-orang toxic yang senantiasa punya komplain terhadap kehidupan mereka. Senantiasa bisa melihat sesuatu yang buruk dalam kehidupan mereka dan tidak bisa melihat sesuatu yang baik yang Allah hadirkan pada kehidupan mereka. Bisa banget, Karena kenapa? Ingat..! memasukkan informasi itu kesadaran kita. Tapi, proses selanjutnya itu terjadi secara otomatis. Sama kayak makanan persis, kayak dapur persis. Anda masukin barang-barang di dapur anda itu anda sadar Supplynya.

 Anda ambil dari mana itu secara sadar, tapi begitu dia sudah masuk dalam dapur anda. Maka, anda akan processing makanan apa itu tergantung diantara bahan-bahan yang anda punya. Persis kayak makanan, anda secara sadar masukin bahan-bahan makan ke dalam tubuh anda. Tapi, setelah itu prosesnya otomatis. Jadi kadang-kadang ada yang lucu ada orang bilang, "Aduuh aku jadi gemuk nih" "aku jadi tambah nih, aku berlemak nih" "aku kayaknya body fat aku tambah nih" "kayaknya badan aku sudah enggak fit nih" 

Lalu kita bilang, "ya yang kamu masukin kedalam tubuhmu apa?" emang ada orang dihipnotis untuk makan makanan junk food misalnya atau dia dihipnotis untuk makan-makanan banyak "tapi aku nggak bisa mengendalikan makananku" Kata-kata nggak bisa mengendalikan itu adalah mitos. Sebenarnya teman-teman, setiap orang punya pilihan dan setiap orang itu secara sadar dia bisa memilih. Setiap orang tuh Allah kasih kemampuan untuk itu, mengenai mudah atau susahnya pilihan itu, nanti akan kita bahas dalam beberapa sharing-sharing berikutnya.

Yang pengen saya kasih tau adalah temen-temen dengan mudah bisa mengganti hidup kita atau mengganti hidup temen-temen sekalian atau membuat hidup kita jadi lebih baik dan  menambah setidaknya hidup kita jadi lebih bagus. Cuma dengan mengganti informasi-informasi yang kita dapat. Baik itu adalah apa yang kita follow, yang kita baca, tonton, apapun yang masuk dalam diri kita. Karena sekarang zamannya media sosial.

 Berarti hampir sekitar 70-80 % informasi itu adalah masuk dari handphone kita, komputer kita dari aktivitas online.. Maka mulai dari sekarang pastikan yang anda follow adalah yang benar-benar penting dalam hidup anda "Wah Ustad, ini kayaknya sulit banget ini kayaknya enggak bisa Ustad". Ya sudah. ini masa depan anda, bukan masa depan saya. Artinya ini tetep adalah pilihan anda dan ingat setiap pilihan tuh pasti punya konsekuensinya. Setiap pilihan pasti ada bayarannya.

Orang pengen badannya sixpack dia harus susah sekarang, Orang yang pengen enak sekarang, ya badannya nggak sixpack. Karena pasti ada bayaran untuk segala sesuatu, kalau ada orang pengen Pinter dia harus belajar, Kalau ada orang nggak mau menahan susahnya belajar Kata Imam Syafi'i, dia harus menahan perihnya jadi orang bodoh. Maka, anda mau susah belajar kata Imam Syafi'i atau Anda mau susah bodoh sama aja ujungnya, susah juga... mau susahnya sekarang atau susahnya nanti. Kalau susahnya sekarang yah belajar kalau susahnya nanti bodoh.

Sama ada orang, dalam Islam pengen enak di dunia atau pengen enak di akhirat? Dua-duanya Ustad. Bisa, tapi lebih susah. Pengen enak di dunia, pengen enak di akhirat, Lebih susah. Pengen enak di dunia, susah di akhirat, Mudah. Pengen enak di akhirat, susah di dunia, Lebih mudah. Lebih mudah daripada enak di dunia dan enak di akhirat. Setiap kita pengen di belakangnya sama dengan itu lebih besar, Maka effortnya juga harus lebih besar. 

Jadi, coba kita cek Kita cek following kita siapa Kalau seandainya following-following kita itu masih orang-orang enggak ada hubungannya dengan kebaikan atau tidak ada hubungannya dengan Seperti apa karakter, seperti apa individu yang kita inginkan ketika kita kedepan. Maka silahkan di unfollow, Bukan apa-apa temen-temen sekalian "Tapi ini orangnya asik" Asik belum tentu sesuatu yang Teman-teman perlukan "Tapi ini orangnya keren" Keren belum tentu sesuatu yang teman-teman perlukan. 

Sama seperti makanan, Makanan yang enak itu enggak mesti sehat "Tapi Ustad yang sehat juga nggak mesti enak" Karena itulah mindsetnya yang harus diubah. Bagaimana caranya memakan-makanan yang sehat ngambil informasi-informasi yang sehat bukan yang toxic. Tapi kita tetap merasa enak. Itu berarti mindsetnya yang harus dirubah. Sedihnya adalah pengubahan mindset ini juga tergantung yang namanya INFORMASI.

Mengubah Cara Berfikir Itu Memerlukan Proses

 Jadi, bersusah-susahlah dulu Supaya nanti kita bisa untuk bisa lebih bagus Saya bahas dalam buku 'Habits' karena juga ada hubungannya dengan habits (kebiasaan). Habits itu kayak pembantu dan Mindset kita tuh kayak pembantu, Karena mindset itu kan Habits. Mindset itu adalah sesuatu cara berpikir terus-menerus sampai dia jadi pakem itu adalah mindset. Nah mindset itu kayak pembantu Karena habits tuh juga kayak pembantu. Maka mindset adalah kayak pembantu. Maksudnya kayak pembantu itu apa? kita susah-susah ngajarin pembantu dulu, Setelah kita ngajarin pembantu susah-susah. Nanti dia akan bersusah-susah untuk kita dan kita bisa lebih santai untuk ngurusin yang lain.

 Kita bisa lebih happy untuk ngurusin yang lain, Tapi pertama-tama yang kita harus susah-susah dulu untuk gajarin pembantu "Ini lo cara untuk nyuci yang bener yaa" "ini lo cara untuk bersih-bersih yang bener yaa" "ini lo caranya untuk nyari uang yaa" "Nah kalau sudah silakan kerja". Nah Habits tuh pembantu yang sangat setia. Kita mau susah sekarang untuk ngajarin dia, lalu setelah itu dia bisa ngerjain tanpa bantuin kita lagi itu mindset ataukah kita mau sekarang memanja-manjakan dia Lalu kita yang disuruh ngerjain kerjaan-kerjaan pembantu kita.

 Mindset itu pembantu kita maksudnya begitu, Habits Itu adalah pembantu kita. Maka kalau kita mau bersusah-susah sekarang, Masukin informasi-informasi yang baik walaupun agak sulit. Maka kita nanti akan mengambil benefitnya. Oke taruhlah kita gini Setiap hari kita membaca Al-Qur'an insyaAllah kita lakukan, Tapi kalau ada orang yang belum sampai pada titik itu dan pikirannya males banget. Jangan berhenti dulu Follow dulu orang-orang yang mencintai Al-Qur'an, Follow dulu orang-orang yang tiap waktunya membaca Al-Qur'an.

 Walaupun awalnya itu kayak "Aduh mual banget, nggak kuat banget, kayaknya ini hidup enggak berwarna banget" "ini kayaknya hidup saya sudah mulai kayak Ustaz apa" Tahan dulu, itu namanya proses 'Detoksifikasi' Karena ingat anda berada dalam 'Toxic Society' yang udah menganggap semua itu kayaknya enggak asik sama kayak ada orang ya sama aja kayak gini deh ada orang lulusan pesantren yang sudah terbiasa menghafal Qur'an yang jelas mereka ga akan pernah dengar musik disitu, kemudian tiba-tiba mereka dipaksa untuk dengar musik itu mereka juga akan merasa, "Aduh kenapa aku harus denger kayak gini" tapi kalo didengerin terus lama-lama terbiasa artinya Itulah namanya Habits.

 Itulah cara untuk melatih pemikiran kita menyediakan bahan-bahan yang tepat untuk perubahan, Nah jadi follow dulu orang-orang yang baik lalu kemudian penuhi dulu referensi-referensi atau dengan yang baik. Pelan-pelan detoksifikasi yang toxic-toxic tadi yang buruk-buruk dikeluarkan nanti besok-besok kita akan kaget bagaimana kita itu secara otomatis untuk bisa membuat sesuatu yang baik keluar dari diri kita, bahkan mungkin kita akan lebih... lebih mudah untuk berbuat baik. 

Ketika kita dihina orang kita mulai bisa untuk menahan emosi kita, kita bisa memulai untuk bisa mengendalikan diri kita, mulai bisa melihat kebaikan-kebaikan dalam segala hal mulai bisa untuk menutup keburukan-keburukan yang terjadi pada kita dan mengambil hikmah dari padanya dan seterusnya. Yang jelas lebih positif, lebih good vibes dengan cara mengendalikan informasi-informasi yang masuk ke dalam kita, karena pada gilirannya informasi-informasi itu akan otomatis mengubah cara pikir kita. Berlaku dalam kebaikan dan berlaku dalam keburukan, Jadi jangan ngeluh ketika anda tiba-tiba bad mood, tiba-tiba Anda negatif vibes.

 Ketika anda terus-menerus untuk memasukkan diri Anda dengan informasi-informasi dan referensi referensi yang negatif dan jangan heran kenapa orang tiba-tiba menganggap anda tiba-tiba kasar, karena anda sering follow orang-orang yang kasar ngomongnya dan seterusnya. Sebaliknya kalau Anda melakukan itu pada hal-hal yang baik, pada kebaikan insyaAllah itupun akan membuat kita lebih baik setiap harinya.

Mungkin referensi diatas dapat menambah pemahaman kita akan pentingnya sebuah informasi yang baik. Kekuatan sebuah referensi dalam menunjang berbagai hal. Tindakan, sikap, prilaku baik atau buruknya kita ini terdapat pada referensi. Kelolahlah referensi itu dengan baik agar memberi sebuah hasil yang baik.

Baca juga: Perbedaan Kebutuhan Dan Keinginan dalam islam

By: Ustadz Felix Siauw



Andi Aksa Perkenalkan nama saya Andi Muh. Aksa Asri atau yang dipanggil Aksa, saya adalah seorang pelajar dari salah satu sekolah Favorit di Makassar. Di blog yang saya bangun ini kami berusaha membuat artikel yang benar-benar berkualitas dan tentunya Original.

Post a Comment for "Kekuatan Referensi Dan Informasi Dalam islam"