Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Naskah Drama 14 Orang "Cinta Beda Adat"

 

Nah, kali ini saya akan membagikan naskah drama dengan 14 orang pemain, karena pada kesempatan sebelumnya saya sudah bagikan contoh naskah drama 13 pemain, sekarang contoh naskah drama 14 orang pemain. Sebenarnya naskah drama dibawah agak mengandung unsur bahasa daerah, sehingga mungkin ada yang kurang enak kedengaran bagi yang tidak tau. Teman-teman bisa ubah ke bahasa yang lebih akrab dengan anda. 

Contoh Naskah Drama 14 Orang


Naskah Drama 14 Orang Tentang Percintaan

By : Rizky Wulandari

Tema: Percintaan
Judul: Cinta Beda Adat

Sinopsis:
    Tenri dan Hadi adalah sepasang muda mudi yang saling jatuh hati. Mereka bertemu di suatu Universitas di kota Makassar sebagai mahasiswa baru. Empat tahun menjalin hubungan, membuat mereka semakin mantap menuju ke jenjang yang lebih serius. Namun ternyata hubungan mereka tidak mendapat restu dari kedua orang tua mereka masing-masing. Alasan kuat mereka menentang hubungan Tenri dan Hadi karena adanya perbedaan adat yang sangat bertolak belakang. Tenri yang notabene adalah gadis suku bugis dimana adat mereka adalah wanita yang dilamar oleh pria, maka sebaliknya bagi suku Hadi yang memegang adat Minang ketika ingin melangsungkan pernikahan, wanitalah yang akan datang kerumah pria untuk melamar.

Dialog Drama:

(taman kampus)
Suci : “We, mulihatki tadi itu kakak tingkat yang sok sekali? Ihh malasku liatki. Mau sekali dibilang”

Tenri : “Husst. Jangko begitu. Kakak tingkat ini kaue. Dapatko karma nanti, hahaha”

Nita : “Ih iyo, moko dapat azab? azab seorang maba yang nacerita belakangi Katingnya”

Suci : “Apami itu?”

Nita : “Mati takguling guling”

Suci : “Haha.. lucuko”

Ketika mereka bertiga asik bersenda gurau, tiba-tiba tiga orang mahasiswa lewat didepan mereka.

Nita : “Weh weh cogan lewat”

Tenri : “Berhentiko Nita, nanti nadengarki baru balek kesini”
Nita : “Justru itumi tujuanku. Kapan lagi diliat sama cowok ganteng”

Suci : “Ededeh Tenri, kayak tidak natau saja Nita bagaimana. Tahan mami malumu kalo berteman sama dia”

Tidak disangka salah satu dari ketiga mahasiswa yang lewat itu melirik ke arah sumber kegaduhan. Tanpa sengaja, mata salah satu mahasiswa itu bertatapan dengan mata Tenri beberapa detik yang kebetulan melihat kearah yang sama.


(koridor kampus)
Hadi yang berjalan dikoridor sambil memainkan ponselnya tanpa sengaja menabrak seseorang yang membuat barang-barang yang orang bawa itu jatuh berserakan.

Hadi : “Eh maaf-maaf, mari saya bantu”

Tenri : “Eh tidak usahmi. Bisaja sendiri”

Mereka sibuk satu sama lain mengumpulkan barang-barang yang berserakan sampai mereka tanpa sadar saling beradu tatap. Namun tatapan itu hanya berlangsung beberapa detik dan merekapun kembali berdiri.

Hadi : “Tolong maafkan saya. Saya yang salah”

Tenri : “Eh tidak apa-apaji. Saya juga salah karena tidak hati-hati”

Hadi : “Sepertinya berat? Mari saya bantu bawa”

Tenri : “Ah tidakji. Mauji ku bawa ke perpustakaan ini”

Hadi : “Tidak apa-apa, saya ingin membantu. Saya merasa bersalah tadi”

Tenri ; “Kalau begitu ini, ambil setengahnya”

Mereka pun berjalan berdua menuju perpustakaan membawa buku-buku tadi.

(depan ruang perpustakaan)
Tenri : “Eh Makasih nah sudah bantuka”

Hadi : “Iya, sama-sama. Kalau begitu saya tinggal dulu. Hati-hati, nanti ketabrak orang lagi, hehe”

Tenri : “haha, iya”

Semenjak kejadian itu, Hadi dan Tenri sering berpapasan baik sengaja atau tidak sengaja, dan akhirnya mereka berdua berpacaran.


3 tahun kemudian
(rumah Tenri)
Bu Ani : “Ih astaga, lama lagi kita tidak ketemu di Bu”

Bu Yuni: “Iye, lama-lama mi”

Bu Ani: “Tambah ganteng tawwa Aras”

Bu Yuni : “Eh manami Tenri?”

Bu Ani : “Pa, hubungi dulu Tenri. Suruh cepat pulang”
    “Tunggu sebentar di’, belumpi pulang dari kampus, ededeh tidak tau itu apa naurus sampai malam baru pulang”

Pak Adi : “Halo nak, dimanaki? Oh dekatmki? Iya hati-hati ki”

Tidak lama setelah Ayahnya Tenri menelfon anaknya, Tenri pun datang.

Tenri : “Assalamualaikum”

Pak Hadi, Bu Ani, Bu Yuni, dan Aras : “Waalaikumussalam”

Bu Ani : “Eh siniki nak”

Tenripun duduk disamping Ibunya.

Bu Ani : “Tenri? Nanti kalau lulusmki menikahmki nak sama anaknya temannya mama, Aras”

Tenri pun terkejut mendengar perkataan dari Ibunya.

Tenri : “ceritanya ini, kita jodohkanka sama dia?”

Ibu Ani : “iye nak”

Tenri : “Tapi Ma, adami pacarku. 4 tahun mka pacaran sama dia”

Ibu Yuni : “Auh bagaimana mi ini Bu?”

Ibu Ani : “orang apa pacarta nak?”

Tenri : “Dari Sumatra iya Ma, orang Minang”

Ibu Yuli : “Ih nak Tenri, sadarjki itu pacaran sama orang minang? Ndk bisaki bersatu nak”

Ibu Ani : “Nak, kita tau? Beda adatnya kita sama mereka. Susah nak. Putuskanmi pacarta itu nak. Terimami ini saja perjodohan”

Pak Adi : “Biarkanmi dulu Tenri berpikir. Kasih dia waktu. Malam mi juga”

Ibu Yuli : “Iya pale di’, pulangmka dulu Pak, Bu”

Ibu Ani : “Iyye, hati-hati ki. Saya kabariji itu nanti bagaimana keputusannya Tenri”

Aras : “Pamit dulu Om, Tante. Assalamualaikum”

….
Sementara itu, di kos Hadi

Hadi : “Halo Mande, Apo kaba? Lai aman-aman se?”
    “Alhamdulliah, Dimano Ayah?”
    “Halo Ayah? Aman se?”
    “Alhamdulillah”
    …
    “Apo? Kalian mau ke Makassar? Bilo? Wah senangnya Ambo”
    “Iya Ayah, Mande, ambo tunggu kalian ka siko”

Hadi pun menutup telfonnya dan mulai melanjutkan kesibukannya mempersiapkan sidang Skiripsinya.
Keesokan harinya, Tenri dan Hadi bertemu di Taman Kampus.

Tenri : “ada mau ku bilang”

Hadi : “Apa itu?”

Tenri : “Kemarin ada orang datang kerumah, ternyata orang tuaku mauka na jodohkan. Tapi bilangka adami pacarku”

Hadi : “Lalu? Bagaimana?”

Tenri : “Disuruhki putus. Biar bagaimana tidak bisaki bersatu, beda Adatta nabilang orangtuaku”

Hadi : “Kalau memang jodoh, apapun pasti bisa. Saran saya, jangan paksakan perasaanmu. Besok orangtuaku mau datang ke sini, saya akan coba bicara sama mereka”

(malamnya, di kos Hadi)
Adit : “Tidak dirasanya maumki lulus, baru Anca masih jomblo terusji”

Anca : “Yang penting tidak ku susai jko”

Ketika Adit dan Anca asik bersenda gurau satu sama lain, berbeda dengan Hadi yang hanya duduk melamun dengan tatapan kosong.

Anca : “Kenapako cika? Berapa banyak utangmu? Siapa tau bisa dibantu”

Hadi : “Bukan masalah hutang”

Adit : “Kalau bukan utang bikin pusing orang, pasti masalah cewek”

Anca : “Ah cocoki. Kenapai Tenri nah?”

Hadi : “Dijodohkanki Tenri sama orang tuanya”

Anca : “Seriusko cika? Sia-siana 4 tahun ini kalau begitu”

Adit : “Wah masalah serius ini ternyata”
Ketika mereka bertiga sedang berbincang, datang Ibu Maria yang merupakan Ibu kos di kos-kosan Hadi.

Ibu Maria : “Kayak serius sekali itu mubahas anak-anak, barusanna”

Adit : “Edede Bu Mar, masalah serius ini bu, nakalah-kalah masalah utangnya negara”

Anca : “Eh, Bu Mar, tidak bisakah orang minang sama orang bugis menikah?”

Bu Maria : “Bukan tidak bisa, susah”

Adit : “Kenapa? Na sama-samaji manusia”

Bu Maria : “Eh itu orang bugis, kalau mau menikah kan ceweknya yang dilamar, sedangkan orang Minang, cowoknya yang dilamar. Tidak bisa juga sembarang ditentang Adat, kah begitumi memang dari awal”

Hadi : “Tadi Bu Mar bilang bukan tidak bisa, tapi susah. Apakah ada jalan keluar dari itu?”

Bu Maria : “Bisaji kalau salah satu diantara kedua pihak yang mengalah. Janganmi ambil adatnya dari pihak satunya. Bisa juga kalau sepakat dua-duanya, apalagi seimanji, bisaji tidak pake adat. Yang penting sah di agama sama negara”

Hadi : “Oh begitu ya”

Bu Maria : “Iyya, eh astaga mauka paleng tagih uang kos di kamar atas. Ku tinggalmko anak-anak nah”

Anca ; “Eh iye, hati-hatiki Bu Mar”
Keesokan harinya, keluarga Hadi pun tiba di Makassar.
Ibu Saidah, Pak abdul, dan Wulan : “Assalamualaikum”
Hadi : “Waalaikumussalam”
    “ah siko, siko, masuk”

Bu Saidah : “Apo kabar nak?”
Hadi : “Alhamdulliah Mande”
    “Mande, Ayah, ambo mau cerita”

Pak abdul : “Apo itu?”

Hadi : “Ambo punya pacar kak siko. Ambo dah sangat sayang sa inyo. Tapi orang tuanya tidak setujo. Adat kita berbeda”

Ibu Saidah : “Jelaslah orang tuanya tak setujo. Lalu kau mau bagaimano?

Hadi : “Mande, Ayah, tolong restui anakmu ini. Biarkan kita sajo yang mengikuti adat mereka”

Pak Abdul : “Adat tetap adat nak. Indak boleh kita memutuskan seenak kita”

Ibu Saidah : “sudahhlah, pergilah kau tidur”

Ayah dan Ibu Hadi pun pergi beristirahat meninggalkan Hadi dan Adiknya.

Wulan : “Nang sabar Uda, Mande dan Ayah pasti mengerti, tidurlah. Awak juga nak istirahat, latiah Sinan Padang”

Keesokan harinya, Tenri diam-diam bertemu dengan Aras.
Tenri : “Mutau toh bilang adami pacarku, tidak maujka dijodohkan. Minta tolongka, bantuka batalkanki perjodohanta”

Aras : “Saya juga sebenarnya adami pacarku. Dipaksa jka juga”

Tenri : “Eh toh, tanyami orang tuami kalau tidak maujko dijodohkan begini. Saya juga begitu. Saling bantuki”

Aras : “Iya pale. Semoga bahagiaki masing-masing sama pilihanta”

(Rumah Tenri)
Ibu Ani : “Kita nak lama sekaliki kasih jawaban. Apami, na batalkanmi Ibu Yuli perjodohanmu sama Aras”
Tenri : “Masa ma. Bagus mi itu”

Tiba-tiba, Hadi dan keluarganya datang ke rumah.

Hadi : “Assalamualaikum”

Tenri, Ibu Ani, dan Pak Adi : “Waalaikumsalam”

Tenri : “Ih Hadi? Masuk sini”

Tenri : “Mak, Pak, inimi kubilang pacarku, Hadi”

Pak Abdul : “Begini Pak,Bu. Maksud kami datang kesini untuk melamar nak Tenri untuk anak saya, Hadi”

Pak Adi : “Bagaimana dengan adat kalian?”

Pak Abdul : “Adat memang sangat erat ikatannya. Apalagi kita di Indonesia. Tapi adat tidak menentukan sah tidaknya pernikahan”

Ibu Saidah : “Iya, kalau kita bisa terima, kami yang akan ikut di adat kalian. Atur saja yang mana baiknya”

Ibu Ani : “Yasudah, maumi diapa. Anak-anakta juga saling sukami”

Mendengar hal itu, Hadi seketika berlutut di depan Tenri seraya menyodorkan sebuah cincin.

Hadi : “tidak adami alasan untuk bimbang. Diterimaji lamaranku?”

Melihat hal itu, Tenri pun mengiyakan perkataan Hadi dan Hadi segera memakaikan cincin ke jari manis Tenri.

Cinta beda adat memang terdengar sangat rumit, tapi pada akhirnya tidak ada yang bisa mengalahkan takdir dari yang Maha Kuasa.



Penutup

Itulah akhir dari naskah drama 14 pemain ini yang menurut saya luar biasa. Ambil hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari naskah tersebut, semoga Naskah drama teater ini bisa menjadi hal yang berguna bagi anda.  

Baca Juga : Contoh Naskah Drama Singkat 2, 3, 4 Orang Pemain

Andi Aksa Perkenalkan nama saya Andi Muh. Aksa Asri atau yang dipanggil Aksa, saya adalah seorang pelajar dari salah satu sekolah Favorit di Makassar. Di blog yang saya bangun ini kami berusaha membuat artikel yang benar-benar berkualitas dan tentunya Original.

Post a Comment for "Contoh Naskah Drama 14 Orang "Cinta Beda Adat""