PENGERTIAN DISKUSI, PIDATO, DAN TEKS CERITA SEJARAH BESERTA CONTOHNYA
Satu di antara bentuk
kemampuan berbahasa secara lisan adalah berdiskusi dan berpidato. Dalam kedua
kegiatan berbahasa tersebut, dituntut dan diperlukan kemampuan, serta sikap
berbahasa yang baik dan positif.
1.
DISKUSI
Berdiskusi adalah bertukar pikiran tentang masalah dalam
bentuk musyawarah. Masalah yang didiskusikan adalah masalah yang menyangkut
kepentingan bersama. Dalam kegiatan berdiskusi, ada usaha untuk memahami suatu
masalah, menemukan sebab-sebab, kemudian mencari pemecahannya. Setiap kegiatan
diskusi didasari atas tiga sifat: resmi, ilmiah, dan demokratis.
Setiap kegiatan atau
aktivitas dalam diskusi, pendapat dapat diungkapkan berupa bertanya,
berkomentar, atau menyanggah.
a.
Bertanya
Bertanya dalam diskusi menunjukkan sikap ingin tahu, kritis, dan
pemberdayaan diri. Pertanyaan yang diajukan harus jelas, tidak berbelit,
langsung, sopan, dan tidak bersifat/bernada perintah.
b.
Berkomentar
Dalam menyampaikan komentar, pendapat, ataupun saran hendaklah
tidak berlebihan, objektif, didukung fakta, dan dengan bahasa yang baik.
Contoh: Saya setuju dengan pendapat Saudara karena . . .
c.
Menyanggah
Menyanggah berarti menyampaikan penolakan atau mengikari kebenaran
pendapat pembicara atau penyaji, baik sebagian atau keseluruhan. Menyanggahpun
harus bersifat objektif, (yang ditolak pebndapat, bukan orangnya) dan dengan
bahasa yang baik dan sopan.
Contoh: Saya kurang sependapat dengan alasan yang disampaikan
pembicara karena masalah itu . . .
d.
Personalia atau Penyelenggara Diskusi
Personalia dalam diskusi adalah berikut:
(1) Ketua
(2) Sekretaris
(3) Moderator
(4) Pembicara atau penyaji
(5) Peserta
Setiap
personalia diskusi memiliki tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan posisinya.
§ Tugas dan tanggung jawab
pemimpin diskusi:
-
Menyiapkan sesuatu
yang berkaitan dengan diskusi
-
Menyiapkan rangkuman
pokok masalah
-
Membuka diskusi
dengan uraian pendek
-
Menjadi motor
penggerak dalam diskusi
-
Menanggapi semua
pendapat peserta
-
Membuat rangkuman
pembicaraan
-
Menutup diskusi.
§ Tugas moderator selama dikusi berlangsung:
-
Membuat aturan
permainan dalam hal memberikan kesempatan berbicara kepada para peserta,
menjaga waktu, dan merumuskan simpulan
-
Memimpin diskusi
dengan sabar
-
Menghargai setiap
pendapat
-
Jujur, ramah, dan
tidak berat sebelah.
§ Tugas pembicara atau penyaji:
-
Menyiapkan dan
membuat makalah yang dilandasi dengan referensi akurat
-
Menyajikan makalah
dengan berurutan, jelas, dan meyakinkan
-
Menjawab pertanyaan
dengan objektif yang didukung dengan fakta.
§ Tugas dan kewajiban peserta:
-
Mempelajari masalah
yang akan didiskusikan dari berbagai sumber
-
Mendengarkan dengan
penuh perhatian
-
Menghilangkan sikap
emosional dan prasangka jelek kepada pembicara
-
Bila mengajukan
pertanyaa harus jelas, sopan, dan tidak berbelit-belit, tetapi mengenai sasaran
-
Ikut menjaga
kelancaran jalannya diskusi.
2.
PIDATO
Pidato
adalah bentuk komunikasi lisan pasif yang berupa pengungkapan gagasan yang
ditujukan kepada orang banyak atau audien dengan tujuan tertentu.
a.
Tujuan Pidato
Tujuan pidato dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
(1) Memberitahukan sesuatu kepada pendengar; reaksi yang diharapkan oleh pembicara
adalah pemahaman terhadap apa yang diuraikan oleh pembicara
(2) Menghibur pendengar; reaksi yang diharapkan oleh pembicara adalah perasaan
puas dan perasaan senang
(3) Memerangi pendengar; reaksi yang diharapkan oleh pembicara adalah keyakinan
pendengar dan pendengar dan kerelaan pendengar untuk melakukan sesuatu.
b.
Metode Pidato
Metode penyajian pidato ada 4, yaitu:
(1) Metode impromtu (serta merta)
(2) Metode naskah
(3) Metode menghafal
(4) Metode ekstemporan (dengan persiapan, tetapi hanya berupa
catatan-catatan gaaris besar naskah)
c.
Kerangka Pidato
Seperti halnya
dalam mengarang, agar hal yang akan disampaikan mudah ditangkap oleh pendengar,
pembicara, atau orator harus membuat kerangka pidato. Secara garis besar
kerangka pidato dibagi atas tiga bagian yaitu pendahuluan, isi pidato, dan
penutup pidato.
Kerangka Pidato:
(1) Pendahuluan Pidato
Bagian pendahuluan ini
bermacam-macam, panjang, bentuk, dan tujuannya. Jika tujuan pidato untuk mengemukakan
sesuatu, pendahuluan biasanya berusaha menyadarkan pendengar betapa pentingnya
topik yang dibicarakan dan mendorong timbulnya keinginan untuk mempelajari
maslah itu lebih lanjut.
Jika bertujuan untuk menghibur
pendengar, pendahuluan biasanya berisikan usaha untuk menciptakan tumbuhnya
perasaan llucu dan santai.
Jika bertujuan
mempengaruhi dan membujuk pendengar (persuasi), pendahuluannya biasanya
berisikan memojokkan pendengar ke dalam pola pikir yang cenderung mudah
menerima dan melakukan sesuatu yang akan dikemukakan.
Ringkasnya, pendahuluan
ditujukan untuk mempersipkan pendengar, baik emosi maupun pikirannya, untuk
menerima sesuatu yang akan dikemukakan pembicara.
(2) Isi Pidato
Isi pidato berisikan
gagasan pokok yang akan disampikan pembicara. Bagian tertentu isi pidato ini
memerlukan contoh atau ilustrasi.
Pembicara dalam
menguraikan pidatonya dapat menggunakan berbagai gaya, misalnya, repetisi,
retorik, dan perbandingan kontras.
(3) Penutup Pidato
Bagian penutup pidato
merupakan kunci keseluruhan isi pidato. Bagian ini biasanya berupa rangkuman,
pernyataan ulang tujuan khusus, atau berupa seruan untuk membanngkitkan
semangat, atau ringkasan bagian yang penting.
d.
Sikap Dalam Pidato
Sikap dalam pidato yang harus diperhatikan oleh personalia dan
peserta (audien) adalah sebagai berikut:
(1) Bersikap positif; carilah hal-hal yang menarik dari isi pidato
(2) Bertindak responsif; pahami keinginan pembicara dan jangan mencela
(3) Cegah gangguan-gangguan; jauhkan hal dan pikiran yang akan
menyulitkan pemahaman isi pidato yang disampaikan.
3.
TEKS CERITA SEJARAH
1.
Pengantar
Sejarah
adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau;
pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi
pada masa lampau. Pencatatan peristiwa pada masa lampau itu termasuk bentuk
teks cerita ulang atau teks rekon (recount):
pengalaman nyata pada masa lalu dapat dibangkitkan kembali atau dihidupkan
kembali. Teks cerita ulang itu yang disebut teks
cerita sejarah.
Teks cerita sejarah
dapat berupa teks yang berkaitan dengan sastra sejarah, bernuansa sejarah, dan
peristiwa penting bersejarah dalam kehidupan.
a.
Sastra Sejarah
Sastra sejarah adalah segala macam hasil cipta sastra tertulis,
baik prossa maupun puisi, yang mengabadikan peristiwa-peristiwa bersejarah.
Sastra sejarah ditulis berdasarkan fakta-fakta sejarah.
Diantara karya sastra
sejarah yang terdapat di Indonesia adalah Sejarah
Melayu (Tun Sri Lanang), Arjuna Wiwaha (Empu Kanwa), Pararton, dan Cindur Mato.
b.
Sastra Bernuansa Sejarah
Sastra bernuansa sejarah,
yakni karya sastra, novel atau puisi, bernuansa sejarah masa silam, tetapi
bukanlah rekam fakta sejarah yang sesungguhnya, hanya bernuansa kepahlawanan
dan semangat perjuangan seperti yang terlihat dalam Novel Pagar Kawat Berduri (Trisnojuwono), Surapati (Abdul Muis), dan Mutiara
(Nur St Iskandar).
c.
Peristiwa Penting Bersejarah
Yaitu peristiwa yang
memiliki sejarah kemunculan atau peristiwa terbentuknya mengandung makna
penting yang berpengaruh kepada kehidupan sekaranng dan masa depan, seperti
Sejarah terbentuknya ASEAN, Sejarah Piala Dunia, Sejarah Hari Buruh, dan
Peristiwa Bandung Lautan Api.
2.
Struktur Teks Cerita Sejarah
Setiap jenis teks dapat didefinisika urutan unsur-unsur
strukturnya, baik yang wajib maupun pilihan pada tiap tahapan, yakni orientasi
(berisi gambaran umum dan latar belakang cerita), urutan peristiwa (terdiri
atas beberapa paragrraf yang berisi rangkaian/rekaman peristiwa secara
kronologis), dan reorientasi.
Sebagai contoh cerita rekon, struktur teks cerita sejarah:
a.
Orientasi : bagian ini menunjukkan awal cerita, perkenalan tokoh, situasi,
dan pengantar untuk cerita selanjutnya
b.
Komplikasi : bagian ini memperlihatkan mulai munculnya
konflik antartokoh, tokoh utama dan tokoh lain, yang mengarah ke klimaks.
c.
Klimaks : bagian cerita yang memperlihatkan puncak cerita atau ketegangan
tertinggi
d.
Solusi : bagian cerita yang memperlhatkan konflik mulai menurun
(antiklimaks), setiap tokoh menyadari perannya, dilanjutkan dengan perdamaian
e.
Reorientasi : bagian penutup cerita sesuai dengan kronologis yang ada:
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
3.
Menganalisis Teks Cerita Sejarah
Dalam membicarakan masa lampau, ada dua hal yang perlu diingat,
yaitu mitos (cerita masa lalu yang
tidak memiliki kejelasan waktu dan tempat kejadian) dan sejarah (sesuatu yang
konkret dan faktual).
Kriteria untuk menganalisis cerita sejarah berupa
fakta:
-
Struktur teks
-
Teknik penulisan
-
Bahasa yang digunakan
-
Makna yang terdapt didalamnya
Kriteria untuk menganalisis cerita sejarah berupa fiksi:
-
Tema
-
Alur
-
Latar
-
Tokoh dan penokohan
-
Sudut pandang
-
Majas
-
Amanat dan
nilai-nilai yang terkandung
4.
Membangun Teks Cerita Sejarah
Sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan peristiwa masa lampau,
diperlukan kecermatan dalam menyusun, merekonstruksi, atau membangun sebuah
teks cerita sejarah. Dalam menulis sebuah teks cerita sejarah, ada beberapa hal
atau langkah-langkah yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a.
Menetukan peristiwa
sejarah apa yang akan diangkat menjadi sebuah teks; carilah informasi sejarah,
pelaku sejarah, waktu kejadian, tempat kejadian, mengapa peristiwa itu terjadi,
dan bagaimana kejadiannya
b.
Kumpulkan data yang
tepat, akurat, dan autentik dari berbagai sumber; baik lisan (saksi mata),
tertulis (dokumen), maupun benda-benda yang berkaitan.
c.
Data diteliti dan
diverifikasi dengan cermat, dibandingkan satu sama lain, dan diinterprestasikan.
d.
Direkonstruksi untuk
menghasilkan kisah atau cerita sejarah yang diinginkan.
e.
Susun secara
kronologis untuk menghasilkan cerita yang muudah dipahami.
Post a Comment for "PENGERTIAN DISKUSI, PIDATO, DAN TEKS CERITA SEJARAH BESERTA CONTOHNYA"